OPINI - Pertama, Prabowo seorang nasionalis, juga patriotis. Sebagaimana umumnya prajurit TNI. Prabowo cukup menonjol di sisi ini. Nasionalisme Prabowo terlihat dari semangatnya memberantas korupsi. Meski baru dimulai dari "pesan moral" kepada seluruh perangkat pemerintahannya. Kita tunggu bagaimana Prabowo akan mendorong peran penegak hukum untuk secara serius melakukan pemberantasan korupsi. Pesan moral presiden tidak cukup tanpa ada penegakan dan ketegasan hukum.
Prabowo juga menunjukkan konsentrasinya di bidang ketahanan pangan. Prabowo janji tidak akan impor beras di tahun 2025. Prabowo nampaknya optimis. Dengan anggaran mentan yang dinaikkan 10 kali lipat (dari 8 T menjadi 80 T), target ketahanan pangan akan tercapai. Kita tunggu, apakah naiknya anggaran yang super extra ini betul-betul akan efektif untuk pencapaian ketahanan pangan dalam negeri.
Soal kedaulatan dan keamanan, tidak perlu meragukan Prabowo. Ini bidang yang selama ini digelutinya. Kabarnya, Prabowo akan rekruit 500.000 tentara. 250.000 jadi anggota TNI. 250.000 lainnya akan jadi pasukan cadangan.
Kedua, Prabowo cukup sukses merangkul berbagai elemen bangsa. Prabowo merangkul hampir semua partai politik dengan memberinya jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Prabowo juga merangkul hampir semua ormas. Prabowo merangkul pula para guru dengan menaikkan gaji mereka. Naik satu kalu gaji untuk ASN, dan 2 juta untuk guru honorer. Prabowo juga merangkul buruh dengan menaikkan UMP-nya sebesar 6, 5%. Juga membebaskan hutang buat UMKM.
Satu sisi, ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, ini sekaligus akan memperkuat dukungan rakyat untuk memperkokoh stabilitas politik dan kekuasaan Prabowo.
Ketiga, Prabowo mesti pelan-pelan mampu melepaskan diri dari intervensi dan ketergantungan kepada Jokowi. Gemuknya kabinet yang mengakomodir sekian banyak dari para loyalis Jokowi membuat banyak pihak khawatir.
Prabowo punya pitensi untuk mendapatkan limpahan dukungan dari berbagai pihak, termasuk konstituen Anies Baswedan dan PDIP. Namun, bayang-bayang Jokowi menghalangi mereka untuk mendukung dan bergabung. Ketika Prabowo lepas dari Jokowi, maka dua kelompok di atas akan banyak yang mendukung dan bergabung.
Ada harapan besar kepada Prabowo untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang sebagian telah rusak parah di era Jokowi. Diantaranya adalah politisasi institusi hukum, kriminalisasi aktifis, terkekangnya pilar demokrasi, dan matinya mimbar kampus. Sudah waktunya pemilihan rektor dikembalikan ke senat universitas, tanpa campur tangan kementerian. Dorong kampus untuk menjadi institusi pendidikan yang independen, sehingga mampu secara lebih efektif melahirkan para sarjana yang tidak saja kompeten, tapi juga kritis dan memiliki kesadaran bernegara yang tinggi.
Keempat, tidak ada pemerintahan yang sempurna. Karena itu, Prabowo butuh oposisi. Prabowo mesti memberi ruang kepada lahirnya oposisi untuk menjadi mitra dialog dan sparing partner dalam mrmbangun bangsa ini. Pemerintahan akan kokoh jika mampu membuka ruang bagi hadirnya kritik terhadap kinerjanya.
Di tengah DPR yang tidak lagi bisa diharapkan peran kontrolnya terhadap pemerintah, maka hadirnya oposisi menjadi penting untuk mengoreksi setiap potensi kesalahan dan ketersesatan pemerintah.
Hadirnya oposisi justru akan membuat pemerintahan menjadi lebih tangguh dan tahan banting.
Empat hal ini perlu menjadi catatan yang amat penting untuk diperhatikan oleh Prabowo di awal menjalankan tigasnya sebagai kepala pemerintahan, agar tidak salah arah.
Jakarta, 6 Desember 2024
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa